Macam-Macam Agen Surfaktan dalam Produk Pembersih Wajah

Sebelum kita membahas jenis-jenis Surfaktan, alangkah baiknya kita mengetahui pengertian dari Surfaktan. 

Well, Surfaktan adalah singkatan dari surface active agent, yaitu zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan air, sehingga air dapat bercampur dengan zat lain yang tidak larut dalam air, seperti minyak atau lemak.

Hal ini karena surfaktan memiliki dua polar, yaitu kepala-gugus hidrofilik (suka air) dan ekor-gugus lipofilik (suka minyak).

Gugus hidrofilik akan terikat dengan molekul air, sedangkan gugus lipofilik akan terikat dengan molekul minyak atau lemak, sehingga air dan minyak atau lemak dapat bercampur menjadi satu.

Macam-macam Jenis Agen Surfaktan.


Fungsi agen surfaktan dalam formula skincare 

Dalam produk skincare surfaktan memiliki berbagai macam kegunaan, antara lain:

Pembersih

Surfaktan digunakan sebagai bahan aktif dalam produk pembersih, seperti facial wash, Micellar water, Cleansing Balm, Cleansing oil, sabun mandi, sampo, juga deterjen. Dalam produk pembersih, Surfaktan berfungsi untuk melarutkan dan mengangkat kotoran, minyak, sisa-sisa makeup, skincare dan sel kulit mati dari permukaan kulit.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Cosmetic Science, konsentrasi rata-rata agen surfaktan dalam formula pembersih adalah 3-30%. Konsentrasi ini dapat bervariasi tergantung pada jenis surfaktan yang digunakan, jenis kulit yang ditargetkan, dan fungsi dari pembersih itu sendiri.

Emulgator/pengemulsi 

Surfaktan juga digunakan sebagai bahan emulsi, yaitu zat yang dapat mencampur dua atau lebih bahan tidak larut, seperti air dan minyak, atau bahan-bahan lain yang sifatnya larut minyak seperti: Silicone, agen sunscreen kimiawi, ceramide, squalane, butter atau bahkan bahan aktif seperti salicylic acid, retinol, atau ascorbyl tetraisopalmitate, etc. Sehingga bahan-bahan larut minyak tersebut dapat menyatu dalam formula water-based.


Terdapat berbagai macam jenis agen surfaktan yang dapat digunakan dalam produk pembersih wajah. Masing-masing jenis agen surfaktan memiliki karakteristik dan kelebihannya masing-masing.


Macam-macam Tipe Agen Surfaktan 

Berikut adalah macam-macam jenis agen surfaktan dalam produk pembersih wajah:

1. Surfaktan Anionik


Surfaktan anionik adalah jenis surfaktan yang memiliki gugus hidrofilik bermuatan negatif. Surfaktan anionik memiliki daya bersih yang kuat, sehingga efektif untuk membersihkan kotoran dan minyak yang membandel. Namun, surfaktan anionik juga dapat bersifat iritatif bagi kulit sensitif.

Contoh surfaktan anionik yang sering digunakan dalam produk pembersih wajah adalah:

Sodium lauryl sulfate (SLS)

terbuat dari minyak nabati, seperti minyak kelapa atau minyak sawit, yang direaksikan dengan natrium hidroksida (NaOH). Proses ini disebut dengan proses sulfatasi.

Pada proses sulfatasi, minyak nabati dicampur dengan natrium hidroksida dalam larutan air. Larutan ini kemudian dipanaskan hingga suhu 100-150 derajat Celcius. Pada suhu ini, natrium hidroksida akan bereaksi dengan minyak nabati membentuk surfaktan, yaitu sodium lauryl sulfate. SLS juga dapat dibuat dari minyak bumi. Namun, SLS yang terbuat dari minyak nabati lebih disukai karena lebih aman dan lebih ramah lingkungan.

Sodium laureth sulfate (SLES)

Umumnya dianggap lebih gentle untuk kulit daripada SLS. Sebab, SLES memiliki molekul yang lebih besar dan lebih kompleks daripada SLS. Molekul yang lebih besar dan lebih kompleks ini membuat SLES lebih sulit menembus kulit, sehingga mengurangi risiko iritasi.

Ammonium lauryl sulfate (ALS)

ALS adalah sulfate paling gentle diantara SLS dan SLES. Dari skala 1-10, skor irritant yang dimiliki SLS itu anggap saja 10, sementara ALS itu 4. Sebab, ALS memiliki ukuran molekul yang besar sehingga tidak mampu menembus kulit dan tidak mengiritasi kulit.

Sodium C14-16 Olefin Sulfonate

Memiliki cleaning power yang sangat baik dengan busa yang melimpah. Sayangnya dia cukup harsh dan cenderung membuat kulit kering jika tidak dikombinasikan dengan Ingredients lain. Menurut CiR Expert bahan ini aman digunakan untuk produk wash off, dan tidak ada keterangan dosis maksimum penggunaan. Namun, untuk produk leave on, hanya dibatasi maksimal 2%

SOAP/sabun

Adalah hasil reaksi saponifikasi dari minyak nabati, atau asam lemak dengan sodium hydroxide (sabun dengan tekstur keras/sabun batangan) atau potassium hydroxide (sabun dengan tekstur cair/lembek).

Pembersih wajah dengan soap-formula, biasanya tertulis 'stearic acid, myristic acid, lauric acid, palmitic acid' diikuti dengan 'potassium hydroxide' pada Ingreredient list nya.

Secara umum, soap juga lebih gentle untuk kulit daripada SLS. Sebab, pada saat reaksi saponifikasi, lemak nabati atau hewani akan terurai menjadi gliserin dan sabun. Glyserine adalah bahan pelembap yang dapat mengurangi efek iritasi dari sabun.

Sodium Cocoyl Isethionate (SCI)

SCI terbuat dari minyak kelapa dan isethionate. Minyak kelapa adalah sumber alami dari asam lemak rantai panjang. Isethionate adalah senyawa kimia yang dapat menghasilkan gugus hidrofilik bermuatan negatif.

SCI memiliki daya bersih yang sedang, sehingga tidak akan menghilangkan minyak alami kulit secara berlebihan. SCI juga memiliki kemungkinan iritasi yang rendah dan tidak over-stripping.

Sodium Lauroyl Methyl Isethionate

Memiliki daya bersih yang sedang, mudah larut dalam air, dan memiliki tingkat iritasi yang rendah sehingga sering digunakan dalam berbagai produk pembersih dengan formula Gentle. 

Potassium Laureth Phosphate (KPL)

KPL terbuat dari laureth fosfat dan kalium hidroksida. Laureth fosfat adalah ester dari laureth alcohol dan asam fosfat. Kalium hidroksida adalah basa yang dapat menghasilkan gugus hidrofilik bermuatan negatif.

KPL memiliki daya bersih yang tinggi, sehingga dapat digunakan untuk membersihkan minyak dan kotoran yang membandel. KPL juga memiliki kemungkinan iritasi yang rendah.

Disodium laureth sulfosuccinate

terbuat dari laureth alcohol dan sulfosuccinate. Laureth alcohol adalah alkohol rantai panjang yang berasal dari minyak kelapa atau minyak sawit. Sulfosuccinate adalah senyawa kimia yang dapat menghasilkan gugus hidrofilik bermuatan negatif.

Disodium laureth sulfosuccinate memiliki daya bersih yang tinggi dan mudah larut dalam air. Namun, memiliki kemungkinan iritasi yang rendah, sehingga aman untuk kulit sensitif.

Laureth-4 Carboxylic Acid,

terbuat dari laureth alcohol dan asam karboksilat. Laureth alcohol adalah alkohol rantai pendek yang berasal dari minyak kelapa atau minyak sawit. Asam karboksilat adalah senyawa kimia yang dapat menghasilkan gugus hidrofilik bermuatan negatif. Bahan ini memiliki daya bersih sedang dan tidak terlalu harsh untuk kulit.




2. Surfaktan Non-ionic 


Surfaktan nonionik adalah jenis surfaktan yang tidak memiliki muatan listrik. Sehingga tidak dapat membentuk busa. Namun, surfaktan non ionic tetap dapat menurunkan tegangan permukaan air sehingga air dapat bercampur dengan zat lain.

Surfaktan nonionik memiliki daya bersih yang lembut, sehingga aman untuk kulit sensitif. Namun, surfaktan nonionik tidak seefektif surfaktan anionik dalam membersihkan kotoran dan minyak yang membandel.

Surfaktan non-ionic adalah jenis surfaktan yang sering digunakan sebagai bahan pengemulsi, pembersih tunggal dalam formula Micellar Water, atau sekedar untuk foam-booster dalam formula facial cleanser.

Contoh surfaktan non-ionic sebagai pengemulsi:

  • Polysorbate 20
  • Polysorbate 80
  • PEG-40 hydrogenated castor oil
  • Decyl Glucoside
  • Laureth-7
  • Ceteareth 20
  • Ceteth-20
  • Peg-100 stearate
  • Etc
Agen surfaktan jenis ini biasanya terdapat dalam formula produk leave-on, seperti: Sunscreen, Moisturizer, krim, serum, atau toner. Dan aman walaupun tidak dibilas.

Contoh surfaktan non-ionic sebagai agen pembersih Micellar Water:

  • PEG-6 Caprylic/Capric Glycerides
  • peg-7 glyceryl cocoate,
  • Sodium PEG-7 Olive Oil Carboxylate,
  • PEG-45 Palm Kernel Glycerides,
  • Decyl Glucoside
  • Coco-Glucoside
  • poloxamer 184,
  • PEG-20 Glyceryl Triisostearate, 
  • PEG-120 Methyl Glucose Trioleate
  • Sorbeth-30 Tetraoleate
  • Jojoba Wax PEG-120 Esters
  • PEG-60 Sorbitan Laurate,
  • PPG-2 Hydroxyethyl cocoamide
Agen surfaktan jenis ini biasanya dijadikan sebagai pembersih tunggal dalam formula Micellar Water, Cleansing Balm, Cleansing oil. Selain itu juga dijadikan surfaktan campuran atau pembersih sekunder dalam formula facial cleanser yang gentle.

Jenis non-ionic surfaktan yang digunakan sebagai foam-booster
  • Cocamide Dea
  • Lauramide DEA
Agen surfaktan ini sangat jarang digunakan sebagai agen pembersih tunggal, sebab memiliki daya bersih yang rendah. Dan biasanya digunakan untuk sekadar menambah kualitas busa/ co-surfactan pada formula produk pembersih.

3. Surfaktan Kationik


Surfaktan kationik adalah jenis surfaktan yang memiliki gugus hidrofilik bermuatan positif.

Surfaktan jenis ini cukup gentle untuk kulit karena gugus hidrofilik bermuatan positif pada surfaktan kationik dapat menarik dan mengikat minyak dan kotoran dari kulit tanpa perlu menghilangkan minyak alami kulit. Selain itu surfaktan kationik memiliki kemampuan untuk membentuk lapisan tipis yang dapat melindungi kulit dari iritasi, dapat membantu melembapkan kulit, dan memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri dan jamur, sehingga dapat membantu mencegah infeksi kulit.

Surfaktan kationik memiliki daya bersih yang sedang, sehingga tidak over-stripping yang dapat membuat kulit kering atau iritasi.

Surfaktan kationik ini lebih sering digunakan dalam formula peeling gel, softener, dan disinfektan.

Contoh surfaktan kationik yang sering digunakan dalam formula produk skincare adalah:

  • Benzalkonium chloride
  • Cetrimonium chloride
  • Dodecyltrimethylammonium chloride
  • Polyquaternium 10
  • cocotrimonium chloride,
  • Laurtimonium Chloride
  • Lauroyl-PG Trimonium Chloride
  • Steartrimonium Methosulfate
Jenis surfaktan ini aman digunakan pada produk rinse off hingga 10%. Dan produk leave on 0,25-1%.

4. Surfaktan Amfoterik


Surfaktan amfoterik adalah jenis surfaktan yang dapat memiliki gugus hidrofilik bermuatan negatif atau positif, tergantung pada pH larutan. 

Pada pH rendah, gugus hidrofilik bermuatan positif akan lebih dominan, sehingga surfaktan ini akan bersifat anionic. Pada pH netral atau tinggi, gugus hidrofilik bermuatan negatif akan lebih dominan, akan bersifat amphoterik.

Surfaktan amfoterik memiliki daya bersih yang lembut, sehingga aman untuk kulit sensitif. 

Namun, surfaktan amfoterik terkadang tidak se-efektif surfaktan anionik dalam membersihkan kotoran dan minyak yang membandel.

Pada umumnya, surfaktan amphoteric digunakan pada pembersih wajah dengan formula low pH.

Contoh surfaktan amfoterik yang sering digunakan dalam produk pembersih wajah adalah:

  • Cocamidopropyl betaine
  • Cocoamidopropyl dimethylamine
  • sodium lauroamphoacetate,
  • Sodium Lauroyl Methylaminopropionate,
  • Potassium Cocoyl Glycinate
  • Sodium cocoyl glutamate
  • sodium methyl cocoyl taurate,
  • Sodium Lauroyl Sarcosinate
  • Lauryl Hydroxysultaine
FYI: Beberapa sumber di google, kadang menyebut agen surfaktan amfoterik diatas sebagai surfaktan anionic, sebab sifat nya atau muatan nya bisa berubah tergantung pada pH formula.


Akhir kata ...

Pemilihan jenis agen surfaktan dalam produk pembersih wajah bisa disesuaikan dengan jenis dan kebutuhan kulit. Untuk kulit sensitif, disarankan untuk memilih produk pembersih wajah yang mengandung agen surfaktan nonionik atau amfoterik. Untuk kulit berminyak atau berjerawat, sebaiknya pilih produk pembersih wajah yang mengandung agen surfaktan anionik atau kationik.

Namun, terlepas dari teori di atas, banyak produsen saat ini yang mengkombinasikan beberapa jenis agen surfaktan dalam satu formula dengan tujuan supaya pembersih tersebut dapat memiliki kemampuan daya bersih yang baik namun tidak terlalu 'menyakiti' kulit.

Sehingga, di sini yang paling berperan dan paling menentukan hasil akhirnya bukan dari jenis agen surfaktan yang digunakan. Akan tetapi, lebih ditentukan oleh formulasi secara keseluruhan. 

Jadi, nggak heran, jika ada produk pembersih wajah yang mengandung SLS namun ternyata tetap nyaman untuk kulit, tidak over-stripping, dll, itu bisa jadi merupakan salah satu 'keahlian' dari formulator dalam meracik 'bumbu' supaya tepat sasaran sehingga dapat menjangkau kebutuhan dan kepuasan konsumen 😉.

Post a Comment

2 Comments

  1. Request review dong min
    Somethinc Calm Down Soothing Toner PHA 3% new formula

    Aqua, Gluconolactone, Annona Cherimola Fruit Extract, Butylene Glycol, Phenoxyethanol, Polyglyceryl-4 Caprate, Triethanolamine, Disodium EDTA, Ethylhexylglycerin, Sodium Citrate, Pentylene Glycol, Phenylpropanol, Sodium Dehydroacetate, Madecassoside, Methyl Diisopropyl Propionamide, Citric Acid

    Terima kasih, ditunggu reviewnya min soalnya lagi promo hari ini

    ReplyDelete
  2. Request True Glow Blemish Treatment Acne Serum kk
    Ingredients:
    Aqua, butylene glycol, betaine, pentylene glycol, zinc pca, hydroxyethylcellulose, hamamelis virginiana water, sodium hyaluronate, bacillus/soybean/folic acid ferment extract, salicylic acid, glycolic acid, lactobacillus/pear juice ferment filtrate, phellodendron amurense bark extract, salix alba (willow) bark extract, rehmannia chinensis root extract, melia azadirachta leaf extract, houttuynia cordota extract, glycine soja (soybean) protein, dipotassium glycyrrhizate, ethylhexylglycerin, xanthan gum, phenoxyethanol, 1,2-Hexanediol, alcohol, amylopectin, dextrin, disodium EDTA, PEG-60 Hydrogenated Castor Oil, Sodium Benzoate, triethanolamine, glyceryl caprylate, o-Cymen-5-Ol
    Terima kasih kk

    ReplyDelete

DESCLAIMER: Saya bukan dokter, tapi seorang Skincare-Anthusiast yang telah lama mempelajari tentang kandungan skincare melalui jurnal dan berbagai sumber lain nya. Saya juga pernah mempunyai masalah kulit seperti: acne prone, oily, komedo, PIH, PIE, dermatitis atopik, alergi, sensitized, etc. Kondisi kulit saat ini: combination-to-dry, pori-pori besar, prone to eczema.

Semoga Skincapedia bisa membantu teman-teman dalam mencari referensi skincare 🙏