Tidak usah terlalu banyak intro, mendingan langsung ke intinya aja. Nggak suka basa-basi akutuh😅
Paraben
Apa itu Paraben dan macam-macam nya
Kepanjangan nya: para-hydroxybenzoate adalah bentuk ester atau turunan dari senyawa natural para-hydroxybenzoic acid (PHBA), yaitu senyawa yang bisa ditemukan pada buah-buahan dan tanaman, contohnya: timun, wortel, Cherry, bawang merah, cloudberry etc. Menurut Situs EWG, kandungan paraben yang ditemukan pada cloudberry sangat kecil, yakni sekitar 0,1- 0,4mg per 100gr (0,0001-0,0004%).Paraben sendiri adalah pengawet Broad Spectrum yang efektif walau konsentrasi rendah. Formula hanya butuh sekitar 0,01-0,3% untuk bisa memperpanjang usia produk hingga 6-12 bulan.
Paraben ada banyak jenisnya: methylparaben, ethylparaben, propylparaben, butylparaben, isopropyl-, isobutyl-, pentyl-, phenyl-, benzyl- etc. Masing-masing memiliki kemampuan yang berbeda, sehingga nggak jarang kita jumpai ada 1 jenis atau lebih Paraben dalam 1 formula sebagai preservatives blends.
Contohnya: methyl dan ethylParaben sering dikombo karena kemampuannya nggak cukup potensial. Sementara butylparaben atau propylparaben bisa digunakan sebagai pengawet tunggal karena sangat potensial.
Picture taken from labmuffin.com |
Kontroversi Paraben
Well, terkait kontroversi nya, Paraben dikabarkan tidak aman, mempengaruhi sistem hormonal, hingga bisa menimbulkan efek negatif yang serius, seperti kanker, itu semua adalah MITOS, Gaes.Faktanya:
Menurut The 1998 Routledge study menunjukkan bahwa Paraben itu lemah (dalam hal mempengaruhi hormon)
Menurut uji-in Vitro Butylparaben (jenis Paraben paling potensial) itu 10.000x lebih lemah dari pada Estradiol (yaki estrogen sintetis yang digunakan untuk meredakan gejala menopause), dan methylparaben 2.500.000x lebih lemah dan bahkan sama sekali tidak aktif (inactive) ketika diujicobakan pada tikus.
Terlebih lagi, pengujian lewat hewan (e.g tikus) biasanya dilakukan melalui injeksi, Gaes, pakai dosis besar pulak. Bukan diaplikasikan secara topikal seperti kalo kita pakai skincare. ((Jelas ini perbandingan yang nggak apple-to-apple))
Study lain menunjukkan: mengaplikasikan cream yang mengandung 2% butylparaben ke seluruh tubuh selama 1 Minggu tidak menunjukkan efek jangka pendek pada hormon tiroid maupun hormon reproduksi.
Thus, hingga saat ini belum ada bukti langsung bahwa paraben berdampak negatif pada sistem hormonal manusia.
In fact, Produk Personal care menggunakan Paraben dengan jumlah yang sangat sedikit, yang ketika berhasil meresap ke dalam kulit akan diubah oleh enzim melalui proses metabolisme menjadi bentuk murni nya, yaitu: para-hydroxybenzoic acid (PHBA) yang less estrogenic daripada paraben itu sendiri. Dan tidak ada bukti yang menunjukkan Paraben terakumulasi di dalam darah/tubuh, melainkan di keluarkan lewat urin.
Efek Samping Paraben
Satu-satunya efek samping Paraben yang telah terbukti adalah: Alergi. Itupun nilainya rendah. Dilaporkan ada sekitar 0.5 - 1.7% individu yang alergi terhadap Paraben di US dan Europe. Lebih rendah dari pengawet Formaldehyde, yakni hingga 9% di US, dan 2,5% di eropa. Dan Imidazolidinyl urea: 2% (US), 1% (Eur)Paraben Safety
Organisasi bidang kesehatan seperti:- FDA (Food & Drug Administration),
- CIR (Cosmetics Ingredient Review),
- NCI (National Cancer Institute),
- Cancer Council Australia,
- SCCS (European Commission Scientific Committee om Consumer Safety),
- Health Canada,
Sementara methylparaben, ethylparaben (Paraben dengan rantai pendek) lebih aman (with little concern) dengan dosis maksimal 0,2-0,4% dan bahkan beberapa sumber mengatakan Paraben jenis ini aman untuk ibu hamil dan busui.
Untuk Paraben jenis Butylparaben, propylparaben (Paraben dengan rantai panjang) cenderung lebih 'kuat' (warrant more caution) dan lebih baik dihindari selama masa kehamilan dan menyusui. Dosis maksimal yang diijinkan 0,19%.
Ada Update lagi ni, Gaes.....
Jadi beberapa hari yang lalu, beredar vidio yang cukup meresahkan, tentang penelitian terbaru 2023 yang menunjukkan bahwa Paraben dinyatakan positif mempengaruhi ekspresi genetis yang diasosiasikan dengan sel kanker, karena bersifat xenoestrogen (endocrine disruptor).
Well, Sebenarnya penelitian-penelitian terdahulu, udah ngasih tau juga, kalo Paraben itu memang estrogenic, kok.
Coba perhatikan kalimat ini👇
"Menurut The 1998 Routledge study menunjukkan bahwa Paraben itu lemah"
Kata "Lemah" bukan berarti nggak ada sama-sekali.
Iya ada. Ada pengaruhnya tapi lemah.
Sehingga bisa dikatakan penelitian 2023 ini sifatnya hanya memvalidasi, hanya saja di penelitian itu beda objek nya ((dulu pake hewan)) sekarang lebih berani, yakni pakai manusia sebagai objek penelitian. *Jujur sempet ikut panic, dong.🥲
Tapi hal ini tetap tidak mempengaruhi fakta bahwa Paraben itu ribuan hingga jutaan kali lebih lemah dari estrogen natural yang ada di tubuh kita.
Lihat lah betapa lemahnya Paraben itu, aktivitas estrogenic nya 1/ribuan hingga jutaan dibanding estradiol. Sumber: labmuffin |
Bahkan ketika kalian menggunakan 17 produk yang berbeda dalam sehari, dan semuanya mengandung propylparaben dengan konsentrasi maksimum (0,183%), itu masih 12.519x lebih lemah dari dosis yang dianggap aman.
Dan yang bisa mempengaruhi ekspresi genetis kek gini bukan hanya Paraben, Rokok dan asap rokok harusnya lebih parah lagi dong ya😅
Jadi balik lagi ke consern masing-masing. Jika kalian tipe orang yang 'better safe than sorry' kalian bisa menghindari kandungan Paraben, dan postingan skincapedia akan tetap konsisten memberi info tambahan berupa ceklis 'no paraben' jika memang produk tersebut tidak mengandung Paraben. ✌️
Kalo saya pribadi tetap memegang prinsip 'the dose makes the poison' yang artinya zat tersebut akan jadi racun atau tidak itu tergantung dosisnya
Dan perlu kita tahu bahwa 'every ingredient has a safe level, and every ingredient is harmful when used in excess'
Setiap zat/ingredients di 'dunia' ini ada level keamanan masing-masing dan sekaligus dapat memiliki efek samping yang merugikan jika digunakan secara berlebihan...
Ambil contoh, nggak usah jauh-jauh, tengok aja di dalam perut kita ada apa. Ada HCL, Gaes, (komponen utama asam lambung). Jika HCL ini dosisnya ada pada tempatnya, maka aman, bahkan berguna. Tapi jika dosis nya naik dikiiittt aja, bisa menjadi penyakit.
Irritant
Adalah zat/ingredient yang bisa menimbulkan iritasi jika digunakan dengan cara yang salah pada kondisi kulit yang kurang tepat. Iritasi adalah respon lokal pada kulit karena adanya suatu reaksi kulit setelah terpapar zat kimia, sehingga menyebabkan inflamasi atau luka.
Iritasi ditandai dengan kemerahan, kulit terasa kering, ngelupas, perih, dan panas, juga merupakan salah satu gejala skin barrier bermasalah.
Yang termasuk zat Irritant
1. Bad Alcohol- ethanol,
- ethyl alcohol,
- alcohol Denat,
- Denturated ethyl alcohol
- SD Alcohol.
- Isopropyl alcohol
2. Surfactant
Agen Surfaktan itu banyak sekali, tapi yang termasuk jenis harsh surfactant biasanya:
- SLS (sodium Lauroyl sulfate)
- SLES (sodium Laureth sulfate)
- Soap (hasil reaksi minyak/asam lemak + sodium/potassium hydroxide)
- Sodium Olefin C14-16 Sulfonate/Olefin sufonate
Mereka semua adalah agen Surfaktan anionic, bersifat high pH yang memiliki daya bersih yang sangat efektif (dan murah) yang saking bagusnya kelembapan alami kulit ikut teremulsi.
Dari tabel ini, bisa kita lihat SLS lah yang paling berpotensi |
3. Methylisothiazolinone/Methylchloroisothiazolinone
Adalah pengawet yang lebih direkomendasikan pada produk rinse-off. Karena cenderung menyebabkan iritasi jika dipakai pada produk leave-on.
5. Essential Oil
A.k.a volatil oil, minyak terbang, minyak yang mudah menguap, dan memiliki aroma khas tertentu. Essential Oil tidak boleh digunakan langsung pada kulit, melainkan harus diencerkan terlebih dahulu dengan minyak pembawa (Carrier oil).
6. Menthol,
Adalah senyawa natural yang terdapat pada Essential Oil seperti Peppermint oil, memiliki efek cooling sensation. Dia juga memiliki kemampuan penetration enhancer, dan memiliki molekul yang sangat kecil sehingga mudah menembus jaringan kulit.
Well, kulit bagian dalam itu sangat 'delicate', Gaes. Jika terpapar zat kimia yang 'harsh', disitulah iritasi dimulai.
7. Active Ingredients
Well, bahkan ingredient aktif seperti niacinamide, Vit C, AHA, BHA, retinol, Benzoyl peroxide, tretinoin, sulfur, juga memiliki potensi iritasi jika digunakan secara serampangan dan tidak sesuai petunjuk.
8. Agen abrasive (scrub)
Jika kita tidak bijak dalam menggunakan produk scrub, misalnya kita terlalu sering menggunakan nya atau terlalu keras saat menggosok nya tentu saja bisa menimbulkan masalah buat kulit, seperti kulit lecet, perih, kemerahan, dan iritasi.
Allergen
Adalah zat/Ingredients yang memicu alergi. Alergi sendiri adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi secara tidak normal terhadap zat asing. Alergi berbeda dari iritasi. Namun, gejala nya bisa mirip satu sama lain. Gejala umum alergi adalah: ruam, gatal, bentol, biduran, bengkak, bersin-bersin, bahkan sesak nafas hingga dapat mengancam nyawa.1. Essential Oil
Tidak hanya berpotensi sebagai irritant namun juga bersifat Allergen. Contohnya:
- Lavandula Angustifolia oil (lavender),
- rosa damascena flower oil (rose)
- Jasminum Officinalis flower oil (Jasmine)
- Citrus reticulata peel oil (jeruk Mandarin)
- Citrus bergamia oil (bergamot),
- Citrus Aurantium Dulcis peel oil (Orange),
- Pelargonium graveolens oil (geranium),
- Malaleuca Alternifolia Oil (Tea Tree).
- Rosemarinus Officinalis leaf oil (Rosemary)
- Mentha piperta leaf oil (Peppermint)
- Etc
2. Fragrance
3.Natural fragrance yang termasuk 26 EU Allergen
- Amyl cinnamal
- Amylcinnamyl alcohol
- Anisyl alcohol
- Benzyl alcohol
- Benzyl benzoate
- Benzyl cinnamate
- Benzyl salicylate
- Cinnamyl alcohol
- Cinnamaldehyde
- Citral
- Citronellol
- Coumarin
- Eugenol
- Farnesol
- Geraniol
- Hexyl cinnamaladehyde/hexyl cinnamal
- Hydroxycitronellal
- Hydroxyisohexyl 3-cyclohexene carboxaldehyde (HICC), (also known as Lyral)
- Isoeugenol
- alpha isomethyl ionone
- d-Limonene
- Linalool
- Methyl 2-octynoate
- g-Methylionone
- Oak moss extract
- Tree moss extract
- Paraben = 0.5-1.7% (US)
- Formaldehyde = 9% (US), 2-2.5% (Europe)
- Quaternium-15 = 9% (US), 1% (Europe)
- Diazolidinyl urea = 2.7-3.7% (US), 0.5-1.5% (Europe)
- Imidazolidinyl urea = 2% (US), 1% (Europe)
- Methylchloroisothiazolinone/methylisothiazolinone (MCI/MI) = 2.3-2.9% (US), 2-2.5% (Europe)
- DMDM Hydantoin juga dilaporkan memiliki efek samping Allergenik, tapi kurang tahu prosentase nya.
4. Menthol
Meski jarang terjadi, seseorang bisa saja terkena alergi menthol. Gejalanya seperti: ruam, biduran, gatal, memerah, bentol-bentol, kulit ngelupas, atau bengkak pada mulut, bibir, lidah, atau tenggorokan (khususnya menthol pada produk mouth wash atau pasta gigi).
5. Plant extract
Seperti yang telah kita ketahui, plant extract itu mengandung senyawa yang sangat buanyak dan bermacam-macam yang kadangkala di luar 'pengetahuan umum' kita, sebagai contoh: wortel ternyata mengandung Paraben, greentea mengandung Phenoxyethanol, dan Apel, pir atau aprikot mengandung formalin. (Dalam jumlah yang sangaaattt kecil tentu saja)
Saya pernah baca di labmuffin bahkan plant extract itu is more potentially Allergenic than Silicone. Kemudian saya baru paham kenapa brand-brand besar seperti cetaphil, cerave, Simple, etc sedikit sekali yang menggunakan plant extract dalam formula cream/Lotion terutama formula yang fokus ke skin-barrier, karena bisa jadi mereka ingin meminimalisir risiko alergi.
Jadi apakah kalian harus totally menghindari plant extract? Tentu saja tidak. Tidak semua plant extract itu Allergenic dan harus dihindari. Dan tidak semua kulit akan bereaksi SAMA!!!
Contoh plant extract yang dinilai 'worst' menurut Paula's choice:
- Arnica Montana extract,
- Balm Mint Extract,
- Black Locust Extract,
- Cananga Odorata Flower extract,
- Cedrus Atlantica Bark Extract,
- Citrus extract,
- Commiphora Myrrha Extract
- Eucalyptus Extract,
- Foeniculum Vulgare Extract
- Hammamelis Virginiana extract
- Hedera Helix (Ivy) Leaf/Stem Extract,
- Levisticum Officinale Root Extract
- Litsea Cubeba Fruit Extract
- Melissa Officinalis extract
- Myrtus Communis Extract
- Origanum Vulgare Flower Extract
- Pinus Lambertiana Wood Extract
- Quercus Alba Bark Extract
- Robinia Pseudacacia Extract
- etc.
Kabar baiknya plant extract tersebut jarang dipakai, yang paling sering muncul adalah Citrus extract (ekstrak lemon, jeruk nipis, Orange, jeruk Bali, bergamot), witch hazel, dan Peppermint jika kalian pernah terpapar ingredient ini dan tidak menunjukkan reaksi apa-apa, berarti ingredient ini boleh diabaikan.
(Ingat, tidak semua kulit akan bereaksi dengan plant extract di atas, ini khusus untuk kondisi kulit tertentu).
Daan kabar baiknya lagi, plant extract jarang dipakai dalam jumlah banyak, biasanya hanya nol koma sekian persen, kecuali: aloevera, greentea, Centella Asiatica, Mugwort, Heartleaf, Astragalus yang terbukti lebih banyak khasiat baiknya.
Ini bukanya mau nakut-nakutin, "woii plant extract termasuk Allergen, loh"
Ini lebih seperti pengetahuan, yang membuat kita merasa "tidak terlalu kecewa" jika menemukan kandungan plant extract tapi 'nyempil' di posisi paling bawah di ingredients list nya.😅
6. Artificial Collorant
Menurut FDA, reaksi alergi terhadap pewarna sintetis sangat jarang terjadi, namun tetap memungkinkan, rare but possible. Contohnya: F&C Yellow No. 5 (pewarna kuning tartrazine) mungkin menyebabkan gatal, ruam, biduran pada sebagian individu. Dan reactions to this food coloring are usually mild. Oleh karena itu, FDA tetap mewajibkan produsen memberi label pada produknya supaya konsumen yang terindentifikasi alergi terhadap bahan ini dapat menghindar.
7. Dan lain-lain .....
Sebenarnya masih banyak lagi, seperti gluten, kacang-kacangan, olahah susu, seafood, etc. Namun, 6 poin di atas adalah bahan yang sering 'muncul' dalam formula personal care.
Last but not least....
Untuk kalian yang kulitnya tidak 'terpengaruh' oleh Ingrdients di atas, tentu saja tidak perlu parno ataupun menghindar, yes, tetap lanjutkan seperti biasa. Yang penting basic skincare tetap jalan.
Jika kalian mengalami gejala iritasi atau alergi pada kulit wajah karena bahan-bahan di atas, langkah pertama yang harus kalian lakukan adalah perkuat sistem skin barrier. Karena skin barrier adalah pondasi.
Dan jangan lupa bahagia 💪🏿
Sumber referensi:
- https://labmuffin.com/should-you-be-avoiding-parabens-the-science/
- https://labmuffin.com/propylparaben-in-cerave-debunking-tiktok-misinformation/
- https://www.ewg.org/what-are-parabens
- https://www.chemicalsafetyfacts.org/chemicals/parabens/
- https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S027323002100146X?via%3Dihub
- https://www.fda.gov/consumers/consumer-updates/how-safe-are-color-additives
- https://hellogiggles.com/is-alcohol-in-skincare-bad/
- http://surfactantschemistry.blogspot.com/2013/07/sodium-lauryl-sulphate-sls.html
- Paula's choice dictionary
- https://ec.europa.eu/health/scientific_committees/opinions_layman/en/phthalates-school-supplies/l-2/5-safe-daily-exposure.htm
- https://www.dcceew.gov.au/environment/protection/npi/substances/fact-sheets/di-2-ethylhexyl-phthalate-dehp
6 Comments
Wah akhirnya makasih ka haruki Ud Ah dubuatin begini list nya kalau cari sendiri bakal jelimet bgt dan Jika ada diskusi di forum atau sosmed bisa kasih rujukan mudah ke sini,karena kmrn lagi ada pembahasan soal paraben dan pilates yang di uji ke manusia ternyata bikin reaksi trigger cancer dan jurnal ini muncul baru bgt rilis 2023 dan ada ahli toxicology yg terang2an bilang brand cerave ada kandungan paravane atau phalates itu tidak aman nama dr nya yvonne burkart tentang cerave foaming cleanser (https://youtu.be/NzukdawQ67Y). Menurut kk ini gmn karena jurnal baru tapi di uji ke manusia makanya heboh bgt di tiktok kemarin soal ini dan pada bingung mau cari list bahan2 yg di hindari dan ini udah lumayan lengkap dan mudah dipahami, sekali lagi terima kasih ka
ReplyDeleteDan ini untuk konten tiktok indo yg bahas paraben sama phalates ini (https://vt.tiktok.com/ZSLFe2Vea/)
ReplyDeleteAq habis nonton,
ReplyDeleteWow.tiba-tiba pala pusiing...😅😱😪
Oke, aq pelajari dulu, ntar aq update lagi ....
Informasi yang keren sangat!
ReplyDeleteParah parah ini terlalu lengkap Minn. Berasa balik lagi ke masa2 SMA belajar kimia wkwkw. Tpi keren Minn👍👍 Tuh buat yang masih skeptis sama paraben, tolong dibaca baiknya ya gess ya👌
ReplyDeleteWah akhirnya jdi tenang make produk paraben walau harus ttp tau my own risk nya setidaknya ada hal lain yg bisa trigger dibanding paraben soalnya skincare ku murah dari viva hadalabo pipiqiu hatomugi pake paraben kebanyakan karena murah setidaknya bisa make berulang lgi
ReplyDeleteDESCLAIMER: Saya bukan dokter, tapi seorang Skincare-Anthusiast yang telah lama mempelajari tentang kandungan skincare melalui jurnal dan berbagai sumber lain nya. Saya juga pernah mempunyai masalah kulit seperti: acne prone, oily, komedo, PIH, PIE, dermatitis atopik, alergi, sensitized, etc. Kondisi kulit saat ini: combination-to-dry, pori-pori besar, prone to eczema.
Semoga Skincapedia bisa membantu teman-teman dalam mencari referensi skincare 🙏